27 Sep 2025 1287
Saatnya Rakyat Punya Partai Sendiri
Oleh: Vincentius Rubon
Selama bertahun-tahun, gerakan rakyat di Indonesia telah bekerja keras: turun ke jalan, memperjuangkan hak lewat advokasi hukum, memperkuat komunitas, hingga mengorganisir solidaritas antar-sektor. Dari buruh, petani, masyarakat adat, kaum miskin kota, hingga perempuan dan pemuda, semua telah menunjukkan konsistensi dalam melawan ketidakadilan.
Namun, meskipun banyak kemenangan kecil diraih, kekuasaan yang menentukan arah kebijakan masih berada di tangan segelintir elite politik dan ekonomi. Mereka yang selama ini duduk di kursi kekuasaan lebih sibuk mengurus kepentingan pemilik modal daripada menyelesaikan persoalan struktural rakyat.
Lalu pertanyaannya: sampai kapan gerakan rakyat hanya menjadi penonton dalam panggung politik formal?
Partai Gerakan: Jawaban atas Krisis Representasi
Realitas politik hari ini menunjukkan bahwa partai-partai besar tidak benar-benar mewakili suara rakyat tertindas. Bagi banyak orang, partai hanyalah kendaraan pemilu, bukan alat perjuangan.
Inilah yang mendorong munculnya gagasan membentuk partai gerakan rakyat—yakni partai politik yang dibangun dari bawah, oleh organisasi-organisasi rakyat, dan berorientasi pada perjuangan jangka panjang, bukan sekadar kontestasi lima tahunan.
Partai gerakan bukan partai elite yang lahir dari ruang hotel dan persekongkolan kekuasaan. Ia harus tumbuh dari ruang-ruang komunitas, kampung, pabrik, sawah, dan jalanan tempat rakyat sehari-hari berjuang.
Tiga Pilar Pembentukan Partai Gerakan
Namun membangun partai gerakan bukan perkara mudah. Ada tiga hal yang sangat penting sebagai fondasi awal:
1.Komitmen Jangka Panjang. Partai rakyat tidak bisa dibangun dengan pola pikir instan. Ini bukan proyek elektoral, tapi alat perjuangan struktural. Komitmen jangka panjang diperlukan untuk membangun pendidikan politik yang berkelanjutan, memperluas basis massa, dan menumbuhkan kesadaran ideologis di tingkat akar rumput. Partai gerakan harus bersedia melalui jalan terjal: bekerja tanpa dana besar, tanpa dukungan media arus utama, dan tanpa insentif kekuasaan jangka pendek.
2.Kepemimpinan Kolektif. Kita sudah terlalu sering menyaksikan partai politik yang dikuasai oleh tokoh tunggal atau dinasti keluarga. Partai gerakan harus berbeda. Ia harus dibangun dengan prinsip kepemimpinan kolektif—di mana keputusan diambil secara demokratis, dan setiap sektor perjuangan punya ruang untuk menentukan arah gerakan. Kepemimpinan kolektif bukan berarti tidak ada pemimpin, tapi kepemimpinan yang dijalankan dengan mekanisme yang transparan, partisipatif, dan berbasis mandat.
3.Keberanian Menghadapi Resistensi. Ketika rakyat mulai membangun kekuatan politiknya sendiri, resistensi pasti datang. Elite akan merasa terancam. Rezim akan mencoba menghambat. Aparat bisa saja digunakan untuk menekan. Dan media bisa saja mencitrakan buruk gerakan ini. Karena itu, keberanian moral dan keteguhan politik sangat dibutuhkan. Gerakan harus siap menghadapi tantangan-tantangan ini dengan strategi, disiplin, dan solidaritas yang kuat.
Bukan Sekadar Ikut Pemilu
Yang perlu kita tegaskan: membangun partai gerakan bukan berarti sekadar ikut pemilu. Ini soal menciptakan alat politik rakyat yang bekerja setiap hari: mengorganisir, mendidik, memperjuangkan kebijakan, dan melindungi rakyat dari kekuasaan yang menindas.
Partai gerakan harus menjadi perpanjangan tangan perjuangan rakyat—baik di dalam maupun di luar parlemen. Ia harus berakar kuat di komunitas, dan tetap hadir bahkan ketika pemilu telah usai.
Menjawab Pertanyaan Sejarah
Sering muncul pertanyaan: siapa yang akan memulai? Jawabannya bukan “mereka” atau “tokoh tertentu”—tetapi kita sendiri. Kita yang selama ini bergerak, kita yang merasakan langsung ketidakadilan, dan kita yang punya keyakinan bahwa perubahan tidak akan datang dari atas, melainkan dibangun dari bawah.
Saat ini, berbagai organisasi rakyat telah mulai berdiskusi serius untuk membentuk partai gerakan. Konsolidasi, konferensi rakyat, hingga pembentukan komite-komite persiapan mulai dilakukan. Ini adalah langkah awal yang harus kita dukung dan perkuat bersama.
Waktunya Sekarang
Waktunya sudah tiba. Kita tidak bisa terus menunggu. Ketika oligarki semakin menguat, ketika kekuasaan semakin jauh dari rakyat, maka satu-satunya jawaban adalah: rakyat harus membangun alat politiknya sendiri.
Partai gerakan rakyat bukan impian utopis. Ia adalah jawaban realistis terhadap krisis representasi dan alat kolektif untuk memperjuangkan masa depan yang lebih adil dan demokratis.
“Kalau bukan kita yang membangun, siapa? Kalau bukan sekarang, kapan?”
Tentang Penulis, Vincentius Rubo adalah Pengurus Nasional SPRI. Bercita-cita ingin menempuh pendidikan Filsafat di Universitas & Seminari Yesuit di San Miguel, Provinsi Buenos Aires, Argentina.